SELAMAT HARI IBU BUAT (CALON) IBU MERTUA KU

19.23 Unknown 0 Comments


Hallo Guys, Sebai Dee Mai?
Sejak pagi tadi saya tengok kat medsos belambak ucapan selamat hari ibu. Rupanya di Indonesia hari ibu hari ni ye, 22 Desember 2015. Maklum la, sejak tinggal kat Thailand ni tak berapa update sangat hari-hari spesial kat sana. Sebab kita pakai kalender Thailand la kan. Dimana langit dijunjung, disitu bumi dipijak, hehe. Tapi di Thailand pun ada hari-hari spesialnya, hari ibunya tanggal 12 Agustus kalau tak salah. Kalau salah berarti bukan hari ibu la tu, hihihi.
Well, sebenarnya saya tak ada ide nak buat tulisan ni. Tapi tadi sebab tengok hari ni hari ibu kat Indonesia, langsung je muncul ide-ide kat kepala ni. Ni lah yang nak saya luahkan. Tulisan kali ni saya kasi judul lain siket, yelakan… ucapkan selamat hari ibu kepada ibu sendiri rasanya terlalu mainstream, sebab korang semua pasti ada yang cakap “hari ibu tu tiap-tiap hari la” atau “tak payah la nak rayakan hari ibu, hari ibu tu bukan hari ni je” atau pun yang semacam tu.
Kali ni saya buat tulisan tentang hari ibu untuk (calon) ibu mertua. Jangan lupa baca yang dalam kurung tu, CALON, hehe. Kenapa pulak (calon) ibu mertua? Iyela… sebab saya belum nikah lagi. Kalau dah nikah tak payah la buat tulisan ni, direct je cakap, “happy mother’s day, mom-in law” (mak mertua bisa Bahasa Inggris, haha). Tapi tulisan ni saya buat cuma nak berkongsi pandangan je tentang sosok seorang ibu, tak kira la ibu kandung atau pun ibu mertua. So, jom teruskan membaca.
Bab 1. Hari Ibu
Sebenarnya kalau kita kritis, kenapa ibu ni dibuatkan satu hari yang dinamakan hari ibu atau mother’s day. Nak jawab pertanyaan ni bukan la bidang saya, tapi kalau kita baca dibeberapa literature menyebutkan bahwa hari ibu ni diperingati untuk menunjukkan kecintaan dan rasa terima kasih kepada kaum ibu atas perannya di lingkungan keluarga dan lingkungan sosial.
Jom kita analisa siket; pertama, peran ibu di lingkungan keluarga. Tak payah jauh-jauh nak tengok benda ni, coba tengok ibu, mak, mama, umi, atau apalah yang korang panggil, dalam lingkungan keluarga korang. Dapat dipastikan bahwa peran ibu ni tak dapat dihilangkan. Mulai dari mengurus anak, suami, dan pekerjaan rumah tangga lainnya, hampir semuanya dilakukan oleh ibu.
Memang la istri ni (baca: ibu) pekerjaannya dirumah. Sebab tu ibu adalah kepala rumah tangga, dan ayah kepala keluarga. So, bagi kita yang masih ada ibu, hari ni dibuat lebih kurang nak menyadarkan kita tentang peran dan cinta seorang ibu terhadap keluarganya. Memang betol, hari ibu ni bukan hari ni je, bahkan tiap-tiap hari tu hari ibu. Moment ni cuma nak mengingatkan kita je, sebab kita ni kadang sibok sangat sampai benda-benda yang tiap-tiap hari kita rasakan pun terasa macam biasa je. Jadi, janganlah bodoh sangat nak katakan hari ibu ni tak ada makna, sikapi je dengan sikap yang cerdas dan elegan, okay?
Point kedua, peran ibu di lingkungan sosial. Selain mengurus keluarga, kaum ibu jugak berperan di lingkungan sosial. Coba tengok wirid ibu-ibu dan arisan, tu peran sosial la tu. Walaupun wirid dan arisan ni 80% nya berisi gossip dan sisanya pamer perhiasan, haha. Tapi itulah cara mereka bersosial, menghidupkan sendi-sendi kemasyarakatan.
Ada pulak lagi yang berkecimpung di bidang politik, jadi anggota dewan, atau di pemerintahan, guru maupun pengusaha. Itu semua adalah kontribusi kaum ibu untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat. So, bagi korang yang punya ibu yang jadi guru, pengusaha, dan sebagainya, kasi support, dukungan dan sokongan, biar ibu-ibu ni tambah semangat. Syukur-syukur bagi korang yang perempuan bisa menjadikan ibu sebagai teladan masa depan, selain berperan di keluarga juga bisa berperan sosial di masyarakat.
Jadi lebih kurang macam tu la kenapa hari ibu ni ada, untuk mengingatkan kita tentang cinta dan peran mereka dalam keluarga dan lingkungan sosial. Tapi kalau korang nak tahu sejarah hari ibu ni lebih dalam, korang boleh search kat internet atau pun pegi tanya budak-budak jurusan sejarah, hehe.
Bab 2. Berbakti kepada Ibu
Dalam bab ni saya gunakan pendekatan agama. Sebab pendekatan agama ni terasa lebih sempurna. Banyak ayat dan hadits yang cakap tentang ibu, tapi saya nak ketengahkan 1 hadits yang dah familiar kita dengar. Jom simak!
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya, ‘wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ nabi menjawab, ‘ibumu!’ dan orang tersebut kembali bertanya, ‘kemudian siapa lagi?’ nabi menjawab, ‘ibumu!’ orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi?’ beliau menjawab, ‘ibumu.’ orang tersebut bertanya kembali, ‘kemudian siapa lagi,’ nabi pun menjawab, ‘kemudian ayahmu.’” (Hr. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)
Okay, jom kita tengok hadits ni. Hadits ni cakap bahwa berbakti kepada orang tua tu ada pembagian porsi antara berbakti kepada ibu dan kepada ayah. Pertama, Rasul cakap porsi ibu 3 kali sedangkan ayah 1 kali. Kita hitung mathematic siket ye. Porsi ibu 3 + porsi ayah 1. Sebagai anak yang baik, kita mesti berbakti 100% la kan. So kalau begitu, porsi ibu ¾ atau 75%, sedangkan porsi ayah ¼ atau 25% dari bakti kita kepada orang tua. Tapi sebenarnya bukan macam tu, walaupun ayah ni ¼ je tapi bakti kita mesti 100%. Begitu juga kepada ibu, ¾ tu menunjukkan bahwa sedemikian besarlah hak ibu mendapatkan bakti dari anaknya. Ada paham? Hehe.
Cakap pasal bakti ni rasanya masing-masing kita dah paham la ye. Kalau kita mahasiswa/i, masa cuti kuliah tu baleklah tengok ibu kat kampung. Jangan cakap tak ada kegiatan di kampong lepas tu tak nak balek, tu ada ibu mu yang rindukan anaknya. mu mungkin tak tahu macam mana rindunya ibu tunggu anak balek. Tapi nanti kalau mu dah ada anak baru la tahu. Tolong la ibu korang, tunjukkan kalau korang yang bersekolah tinggi ni semakin paham macam mana berbakti kepada orang tua. Bukan sebaliknya, makin tinggi sekolah, makin tak tahu nak hargai perjuangan orang tua.
Kadang sedih tengok sebagian budak2 yang sanggup habiskan masa cutinya bersama kawan-kawan tanpa teringin nak tengok ibu kat kampung. Nanti dah tak ada yang nak ditengok baru menyesal. So, kalau dah cuti tu dan tak ada halangan, baleklah.
Kalau kita dah bekerja pulak, bantulah ekonomi orang tua apalagi kalau masih single, (macam sindir aku je, hehe). Kadang ibu ni tak minta duit secara langsung, tapi mu kena pahamlah. Saya salut sama kawan-kawan yang kadang mendedikasikan gaji pertamanya buat orang tua. Sebagai bentuk rasa syukur kepada orang tua yang telah mengantarkan ke depan pintu gerbang kesuksesan. Kalau pasal gaji ni elok korang tanya kawan-kawan saya Ella Ledda Rista Ully Astika Wella Sartika Indri Annisa Fitri Ref diorang ni memang expert dalam mengolah gaji buat orang tua dan keluarga, hehe. Kalau mu dari keluarga kaya pulak, boleh berbakti dengan cara lain; membantu pekerjaan rumah, menjaga adik, dll.
Dan buat korang yang ibunya sudah wafat, boleh jugak berbakti; do’akan beliau, berbuat baik kepada ahli keluarganya, kawan-kawannya, dan masih banyak lagi. Ikut pandai-pandai korang la, korang kan dah besar.
Kalau kita dah nikah, pun masih bisa berbakti kepada ibu. Ingat benda ni “istri itu milik suaminya, sedangkan suaminya milik ibunya.” Jangan tebalik pulak, dah nikah takut bini, tak gentle la weyy. Buat korang yang perempuan, saya nak bagi tahu ni, lepas nikah nanti ta’at mu berpindah kepada suami, suami nomor satu. Tapi jangan gagal paham pulak. Bakti kepada orang tua terutama ibu, tetap. Ni mentang-mentang dah nikah, dah tak peduli lagi dengan orang tua sebab menganggap bakti kepada suami lebih utama. Bukan macam tu, suami yang baik pasti akan mendorong istrinya untuk tetap berbakti kepada kedua orang tuanya (harap-harap aku macam tu la besok, hehe).
Kalau kita yang nak menikah pulak (nikah lagi, hihi). Dengarkan ni, adakalanya seorang ibu tak memberikan restu ketika kita akan menikah. Sebab apa? Tak lain dan tak bukan sebab dia inginkan yang terbaik untuk anaknya. Ibu ni kadang suka tahu apa yang baik dan apa yang tak baik buat kita. Yelakan… secara dia yang urus kita semenjak tapak kaki ni seukuran 2 jari tangan lagi. Mestilah dia tahu kan.
Ibu kita mungkin tak sekolah tinggi macam kita. So, kalau nak mintak restu tu jangan kedepankan argumentasi, bicaralah dari hati ke hati (macam berpengalaman je aku ni kan, hehe). Kalau pada akhirnya ibu tak kasi restu dan alasannya syar’i, ta’atlah. Karena suatu saat ketika engkau jatuh sakit, menjadi miskin ataupun mendapatkan cobaan yang berat, pasanganmu bisa saja meninggalkanmu. Tetapi tidak dengan ibumu, beliau akan tetap bersamamu dan mencintaimu. Sebab di dunia ini ada mantan istri dan mantan suami, tetapi tak kan pernah ada mantan anak. (sedih la… hiks hiks hiks).
Bakti kepada ibu ni banyak lagi kalau nak kita jelaskan. Nanti mu boleh baca kisah-kisah para sahabat macam mana bakti mereka kepada ibunya. Macam-macam benda yang diorang buat. So, kalau mu rasa dah berbakti betol, moment ni lah saat yang tepat untuk menengok kembali, barangkali selama ni yang kita anggap bakti rupanya tak lain adalah keterpaksaan kita akan tanggung jawab terhadap mereka. (nak lap air mata kejab, hehe)
Bab 3. Untuk (Calon) Ibu Mertua Ku
Bab ni entah apa ntah saya nak tulis, tapi rasanya inilah inti tulisan saya kali ni. Korang tahu kan, bila kita menikah, selain dapat istri atau suami, kita dapat 2 orang tua lagi. Dapat ibu mertua dan bapak mertua. Dulu sebelum nikah orang tua kita 2 orang je, lepas nikah jadi 4. Inilah keseronokan menikah, dapat bonus, hehe.
Ibu mertua ni adalah ibu kita jugak, sebab kita nikah dengan anaknya. So, mestilah kita buat macam ibu kandung sendiri. Pernah tak korang pikirkan, macam mana perasaan ibu mertua tu waktu nak lepaskan anaknya kepada kita? Kalau anak tu perempuan, pasti dia khawatir. Boleh tak anak dia nanti dapatkan kebahagiaan bersama suaminya. So, kalau korang dah nikah, bagi istri, hubungi ibu. Bagi tahu macam mana kabar, tanyakan kabarnya, kirimkan dia hadiah, atau buat surprise. Bagi suami pulak, ingatkan istri untuk tetap berbakti kepada ibunya. Sebab ni ciri-ciri suami yang baik. So nanti kalau korang perempuan nak cari suami. Tanyakan tentang pandangan si do’i terhadap ibu. (ini saran saya je, hehe).
Pada bab ni jugak saya nak kasi pesan kat (calon) ibu mertua (ada FB ke calon mak mertua aku ni, hehe. Lantaklah, kalau dia tak baca, anak dia mungkin baca kan, wkwkwk). Jika nanti ada konflik antara menantu dan anak kita, ibu mertua jadilah pembela pihak menantu. Jangan terbalik pulak. Sebab sekarang ni jika masalah rumah tangga dibawak ke mertua, semakin menjadi parah. So, mertua mesti menjadi pembela menantu di depan anaknya. Begitu juga sebaliknya.
Kalau sekarang ada judul lagu jodoh dunia akhirat, kali ni saya nak buat pulak ibu mertua dunia akhirat, hehe. Ibu mertua ni sebagai ladang amal untuk kita berbakti. Dan saya jugak nak ucapkan, selamat menyambut hari ibu buat (calon) ibu mertua saya, “selamat menyambut hari ibu mak cik (sekarang panggil mak cik je dulu, hehe). Ibu mertua dunia akhirat, namamu rahasia tapi kau ada di masa depan kuuuuu… ah sudah, menyanyi pulak jadinya, haha.
Bab 4. Sudikah Engkau menjadi Ibu dari Anak-Anak Ku Kelak?
Wuaaaa… bab ni paling suka kan. Nulis bagian ni tak tentu arah jadinya, hkhkhk. Rileks, rileks… bawa betenang. Ada yang boleh kasi tahu saya apa makna dari judul bab 4 ni? Betol, tak salah lagi… maknanya adalah, jika nanti mencari pasangan hidup, jangan mencari istri je, tapi carilah ibu dari anak-anak mu kelak (amboiii… macam iye pulak ye, hehe).
Apa sebab cari ibu dari anak-anak kita nanti? Sebab ibu yang baik adalah hak anak. Ibu yang baik InshaAllah akan mendidik anak-anak kita nanti dengan baik pula. Cobalah tengok tokoh-tokoh besar agama ini, Semacam Imam Syafi’i, Imam Malik, Umar Bin Abdul Aziz, dan lain sebagainya. Coba tengok dan pelajari bagaimana ibu mereka mendidik anaknya sampai menjadi orang-orang yang luar biasa.
Tapi kita mesti ingat jugak, calon istri kita ni adalah wanita akhir zaman dan kita pun lelaki akhir zaman, artinya jangan mencari yang sempurna, tapi kalau ada yang mau dibawa menuju kesempurnaan, angkat.
Jadi kalau ada dah nampak yang kira-kira elok menjadi ibu bagi anak-anak korang nanti, jangan tunggu lama-lama (macam cakap untuk aku je ni, hehe). Sebab wanita sekarang tak macam wanita dulu. Ilmu mendidik anak wanita sekarang mungkin kalah dengan wanita dulu. Wanita dulu dah biasa mengasuh adik kalau ibunya tak ada (maklum, dulu anak banyak, hehe). Kalau wanita sekarang? mu jawab sorang la ye, hihihi.
Well, rasanya cukup sampai disini dulu tulisan saya kali ni, sorry la kalau panjang sangat. Bersempena hari ibu ni saya nak ucapkan selamat menyambut hari ibu buat semua kaum ibu di Indonesia, semoga ibu-ibu di Indonesia semakin cerdas dan sejahtera. Sebab cerdasnya seorang ibu dapat melahirkan anak-anak yang cerdas pula yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Tapi kalau ibunya cuma cantik je, nak melahirkan apa? Anak yang cantik, memang boleh… tapi apakah berguna bagi agama, bangsa dan negara, belum tentu neng… so, menjadi ibu di masa depan tak cukup dengan cantik je, mu mesti cerdas jugak girl (kode, wkwk).
Dan spesial ucapan saya buat mak saya (saya tak panggil ibu, geli la… haha). Saya mungkin tak kasi hadiah, tak buat surprise, tak kasi kue. Tapi kalau tulisan ni ada kebaikan dan pahala di dalamnya, semua itu saya dedikasikan buat mak saya, (nangis lagi, hiks hiks hiks). Semoga mak diampuni dosa-dosanya, dipanjangkan umurnya, disehatkan badannya, dan diluaskan rezekinya, serta dipertemukan nanti disurga, aamiin allahumma aamiin.
Okay lah kalau macam tu, malu la ditengok orang nangis, hehe. Semoga tulisan ni bermanfaat bagi kita semua. Kalau ada yang baik boleh dijadikan pelajaran dan kalau ada yang tak baik boleh bagi tahu saya. InshaAllah jadi ilmu baru buat kita semua.
Wallahu ‘alam
22 Desember 2015
Songkhla, Thailand
Anak Mak,
Yopie andesman

0 komentar:

Nikah Dulu atau Mapan Dulu?

19.18 Unknown 0 Comments


BISMILLAHI...

Hallo guys! Di tengah kesibukan mengajar (sebagai guru) hari ni, saya teringin pulak nak menulis satu resume lagi. Tak tahu lah ye, semenjak-dua menjak ni rasanya ide di kepala ni mintak dikeluarkan. So, hobi menulis pun menjadi hobi baru bagi saya. Saya memang tak berbakat dalam dunia tulis menulis ni, tapi kata orang kalo ada minat, bakat bisa dilatih. Macam jadi guru, kalo tak ada bakat tak apa tapi kalo ada minat boleh dilatih, hehe.

Resume kali ni bukan resume tentang guru, walaupun semenjak pagi tadi saya tengok di medsos, banyak kawan2 tayang gambar selamat hari guru nasional. Rupanya baru tesadar saya kalo hari ni 25 Nov 2015 adalah hari guru nasional Indonesia (sebab kat Thailand ni, bukan hari ni hari guru nasionalnya). So, dikarenakan hari ni bersempena hari guru nasional, maka saya nak ucapkan selamat menyambut hari guru dan rasa terima kasih saya yang tulus dan mendalam kepada guru-guru saya, diantaranya;

Bu Rohana Roah yang telah mengajarkan saya sejak dari SD lagi. Dari belum pandai membaca, sampai dah pandai membaca seperti sekarang ni. Kalo dulu belum pandai membaca tulisan je, tapi sekarang alhamdulillah dah pandai membaca berbagai macam bahasa, termasuk bahasa jiwa, huhuii.

Kemudian terima kasih saya kepada guru-guru saya di SMP dan SMA; Bu Tien Oktavia Wiwik Juliana Lena Riza Lena Maria Hasyim dll yang telah mengajari kami dengan sangat baik sekali (biasanya alumni memang cakap macam ni, hehe). Selanjutnya syukur saya kepada Ummi Widya dan suami Ust. Hidayat yang telah membantu saya dalam proses mencari jati diri sebagai seorang muslim, serta juga kepada para murobbi, ustadz, dan orang-orang yang telah menjadi sarana belajar bagi saya sampailah saya menjadi orang yang bisa mengajar orang lain pula saat ini.

Tetapi tentu saja rasa terima kasih dan syukur saya yang paling besar kepada kedua orang tua saya, mak dan ayah yang menjadi madrasah pertama serta kepala sekolah dari pendidikan yang saya jalani. Karena saya menganut prinsip, jika ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, maka ayah lah kepala sekolahnya. So, anda bisa bayangkan; kalo ada madrasah tanpa kepala sekolah, bagaimana kondisinya? Boleh jadi tak terurus dengan baik. Tetapi tetap saja lebih baik, daripada ada kepala sekolah tapi tak ada madrasahnya, hehe. Paham???

Well, kali ni saya buat satu resume tentang persiapan menuju pernikahan (lagi). Resume ni adalah pecahan dari point no. 4 dalam 5 persiapan penting sebelum menikah yang telah saya tulis sebelumnya. So, bagi korang yang belum baca or nak baca lagi, boleh tengok kat sini https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1010979175589209&set=rpd.100000314092969&type=3
(dah tengok) jom teruskan membaca.

MENIKAH SEBELUM MAPAN, BERBAHAYAKAH?

Cakap pasal mapan sebelum menikah ni eloknya dibahas oleh orang yang dah nikah. Iyelakan… orang yang dah nikah ni dah punya pengalaman, so lebih terukur tingkat bahayanya, wkwk. Tapi apapun itu, ianya tak mengurangi makna jika dibahas olah orang bujang kan, hehe. Sebab orang bujang lebih excited dengan topic yang satu ni. Sampai-sampai banyak yang jadi bujang lapok sebab takut menikah karena belum mapan, haha. Next!!!

Bab 1. Makna Mapan

Mapan, apa itu mapan? Mapan itu sejenis kayu… (bukan, itu papan…). Mapan itu sebelum minum (itu makan la….) Haha… yo wes la ya. Ni saya kasi arti mapan dari kamus online; mapan itu mantap, tidak goyah, stabil atau kokoh kedudukannya (kehidupannya). Jadi secara sederhana kita bisa berikan definisi bahwa mapan adalah suatu kondisi dimana adanya kemantapan dan kestabilan kehidupan seseorang.

Bagi setiap orang, definisi mapan ni berbeda-beda. So, saya tak lah nak memperdebatkannya disini. Ada yang cakap kalo mapan tu dah punya pekerjaan tetap, punya rumah, kendaraan dan lain-lain. Jadi banyak sangat definisi mapan ni, tergantung bagaimana kita melihatnya secara pribadi.

Bab 2. Mapan dalam Persepsi Kita dan Masyarakat

Menikah ni kan keywordnya “ba’ah”, yang mana makna asalnya ialah mampu dalam konteks seksual. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkannnya dengan kemampuan memberi mahar dan nafkah. So, dari makna ba’ah tersebut, kita bisa menemukan dua point. Pertama kemampuan seksual. Saya rasa kalo dah baligh, bab ni dah selesai. Kedua, kemampuan memberi mahar dan nafkah. Haaa…. Disinilah benda mapan ni bersemayam, hehe.

Banyak orang muda yang menunda menikah karena merasa diri belum mapan. Ditambah lagi dengan nasihat-nasihat maut dari keluarga yang mengatakan seperti; “jangan nikah dulu sebelum mapan”, tanggapan saya, memang nikah ni karena cinta atau karena mapan? Atau yang laen pulak, belum mapan udah mau nikah, emangnya mau dikasi makan apa???” Kalo saya boleh jawab; memandangkan saya tinggal di Thailand, makanan pokoknya nasi. So, boleh makan nasi, tom yam, keng som, dll. Haha. Kalo di Indonesia kasi makan nasi boleh, lontong, bakso, ataupun ayam penyet, hehe.

Dalam masyarakat kita dan diri kita sendiri telah berkembang pemahaman bahwa mapan adalah kriteria mutlak yang mesti di masukkan dalam mencari pasangan atau menikahkan anak perempuan. Tapi menurut saya itu adalah kriteria yang kejam, apa pasal? Ni saya jelaskan. Lelaki ni kalau dah masuk umur 20 tahun, keinginannya itu ngegas saja (baca: menikah). Sedangkan kondisi mapan ni adalah sesuatu yang mengambil masa yang cukup lama.

Anggaplah seorang lelaki nak nikah umur 24 (kode, wkwk). Jika menikah nunggu memiliki pekerjaan tetap, rumah, kendaraan, dll. Coba hitung berapa lama masa yang dia butuhkan untuk sampai pada kondisi mapan tersebut. Sebagai contoh;

Beli rumah = 200 jt
Beli mobil = 150 jt
Biaya resepsi = 100 jt
Total 450 jt
Gaji 3 jt/bulan
Bisa nikah 450/3 = 150 bulan = 12 tahun 6 bulan (itu gaji ditabung semua, tanpa makan)

Kalau umur sekarang 24 tahun, nunggu mapan baru nak nikah (setelah 12 tahun 6 bulan). Jadi akan nikah pada umur 36 atau 37 tahun (ooiii…. tua nya). Itulah gambaran daripada kriteria yang kejam, huhu.

Kalau macam tu nak buat macam mana? Haa… macam ni, pertama sekali kita mesti ubah mindset kita tentang mapan tu dulu. Mapan ni sebenarnya bukan tentang kepemilikan material saja (pekerjaan, rumah, kendaraan, dll). Tetapi lebih dari pada itu ada aspek yang sangat penting sekali. Jom, kita tengok ni!

1. Mapan adalah kesanggupan menghadapi tantangan hidup

Menikah ni membuat ujian hidup kita berlipat-lipat. Sifatnya ujian ni meminta kita bersiap sedia. Kalo kita siap kita boleh lulus dengan cemerlang, tapi kalau tak siap akan gagal segagalnya. Ada orang yang mapan dalam kepemilikan harta, tapi tak mampu menghadapi tantangan hidup. Ada masalah siket, stress dan galau. Kalo macam tu modelnya, tak ada maknanya harta yang kita miliki jika tak diimbangi dengan kemampuan menghadapi masalah.

Coba tengok (sebagian) selebritis kita, fenomena kawin cerai ni jamak kita lihat di TV2 kan (saya tak la selalu sangat tengok selebriti ni, hehe). Mereka mapan? Sangat mapan bahkan. Tapi tu lah, entah apa yang salah, sehingga kegagalan dalam berubah tangga ni macam menu wajib yang harus mereka lewati. So, kemampuan dan kesanggupan menghadapi masalah seharusnya menjadi focus utama bagi orang-orang yang nak menikah, supaya hidup berumahtangga ni kekal sampai ke syurga.

2. Mapan adalah siap bertanggung jawab

Tentang tanggung jawab ni, percuma je punya kekayaan banyak tapi tak bertanggung jawab. Banyak kan suami yang rela membuat istri dan anak-anaknya ‘susah’ tetapi memanjakan dirinya sendiri—malah memanjakan selingkuhannya. Artinya, harta yang banyak tak akan berarti apa-apa dalam pernikahan jika kita tak punya banyak cinta untuk menjalaninya.

Walaupun seseorang menikah sebelum mapan, bukan berarti dia tidak boleh membahagiakan pasangannya. Malah setelah menikah, seseorang akan terpacu lebih keras dan lebih semangat lagi untuk menafkahi keluarganya. Jika dia mencintai pasangannya, tak kan la dia tak mau berkorban demi orang yang dicintainya. Cinta itu pengorbanan. Kalo tak mau berkorban berarti tak cinta, simple je.

Dari situ pulalah kita dapat memahami mengapa (terkadang) ada wanita yang secara fisik okay tapi mendapat pasangan yang biasa saja. Jawabannya adalah karena yang dibutuhkan dalam pernikahan bukanlah fisik atau harta yang berlimpah, tapi rasa tanggung jawab yang cukup. Jadi ketika anda memiliki tanggung jawab atas pasangan anda, maka kemapanan-lah yang akan mengikuti anda dengan sendirinya. Itu.. (salam super, hehe)

3. Mapan adalah kemauan mewujudkan impian bersama

Sebenarnya salah satu keseronokan menikah ni adalah kebersamaan dalam suka duka mencapai dan menggapai impian-impian rumah tangga (masih teori saya lagi, hehe). Impian-impian ni jangan dipikir mesti yang besar-besar saja. Menikah ni adalah menjalani hari-hari dalam mewujudkan impian-impian kecil menuju impian-impian besar. Step by step. Nah, disinilah titik nol nya. Lebih baik berjuang bersama dari nol sampai mapan daripada datang ketika sudah mapan. Biasanya yang datang bila dah mapan ni sebagai “pelengkap” je. Yang lebih gawatnya lagi datang tapi membuat pasangannya menjadi nol bahkan minus, yang macam ni tak payah datang pon tak apa, hihi.

Bab 3. Tak Ada Orang Bujang yang "Kaya"

Dalam bab ni saya nak mengajak kita semua melihat bagaimana pernikahan pada zaman nabi berdasarkan riwayat-riwayat yang boleh disimak di bawah ini.

Pertama: “pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (Hadis riwayat Ahmad di dalam musnadnya, no. 24595).

Kedua: dari Ibnu Abbas bahwasanya ketika Ali Radhiyallahu ‘anhu menikahi Fatimah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “berikanlah ia (mahar) sesuatu”. Ali menjawab, “aku tidak memiliki apa pun” lalu rasulullah bersabda, “berikanlah baju besimu” (Hr. An Nasa’i).

Ketiga: “apakah engkau hafal ayat-ayat dari al qur’an?” Laki-laki itu menjawab, “saya hafal surat ini dan surat ini”. Lalu Rasulullah bersabda, “aku akan menikahkan kalian berdua dengan mahar ayat al Qur’an yang ada padamu” (Hr. Bukhari dan Muslim).

Keempat: ”seluruh dunia ini adalah perhiasan dan perhiasan terbaik di dunia ini adalah wanita yang sholehah.” (Hr. An-Nasa’i dan Ahmad).

Sekarang kita akan bahas riwayat-riwayat ni satu-satu. Pertama, dari hadis ni kita dengan mudah dapat memahami bahwa mahar yang mudah adalah yang berkah. Tapi tunggu dulu, makna mudah ni bukan murah. Contohnya macam ni; mahar 100 juta tapi sang suami sanggup, itu mudah (anak orang kaya mungkin ye atau duren (duda keren), hehe). Tapi mahar uang syiling 25 rupiah kopak, memang murah tapi sangat meyusahkan mencarinya. So, intinya tidak kiralah mahar itu berupa sebentuk cincin besi atau segerobak emas, kedua-duanya adalah mahar yang baik, selagi ‘mudah’ bagi suami untuk memperolehinya.

Kedua, mahar Ali kepada Fatimah adalah sebuah baju besi. Baju besi tahukan? Baju perang. Anda bisa bayangkan, putri dari manusia paling mulia di muka bumi ini maharnya “hanya” sebuah baju besi. Dari riwayat ni ada dua point penting yang bisa kita ambil pelajarannya. Point 1, bahwa Rasul tidak melihat ketidakmapanan harta pada diri Ali sebagai kekurangannya, (kalau Rasul mau menantu yang mapan maka beliau akan menikahkan putrinya dengan Abu Bakar ataupun Usman karena sebelumnya dua sahabat ini sudah mengajukan lamaran tetapi ditolak Rasul). Tetapi Rasul lebih melihat kepada karakter dan kepribadian Ali.

Point 2, Ali bin Abi Thalib Ra. Memiliki rasa tanggungjawab dan tentu saja iman yang kuat, sehingga hal tersebut yang membimbing beliau untuk menjaga keluarganya dengan bekerja untuk memenuhi nafkah keluarganya. Itulah sebabnya kenapa agama menjadi kriteria pertama dalam memilih pasangan. Sama seperti Rasul, memilihkan Ali untuk Fatimah. Ali adalah termasuk orang pertama yang masuk Islam. Ikut berperang bersama beliau dan tentu saja imannya tidak diragukan lagi.

Riwayat yang ketiga; mahar dari hafalan al-qur’an. Benda ni mungkin dah banyak kita tengok di masyarakat. Biasanya calon istri nak surat Ar-Rahman sebagai maharnya. Saya pernah tengok live mahar hafalan surat ar-rahman ni. Saya teringin pulak la, hehe. Inshaallah, tak ada yang mustahil kalo Allah berkehendak kan. Awak tak nak ke? Surat laen pon boleh, hehe.

Dan riwayat keempat; bahwasanya perhiasan paling mahal, paling berharga, paling baik adalah wanita sholeha. Jam Rolex 100 juta mahal, bagus. Supercar Lamborghini 10 M, mewah. Tapi kalo orang belum menikahi wanita sholeha sesungguhnya dia belumlah kaya. Sebab dia belum memiliki perhiasannya yang paling baik di dunia ini. So, nak jadi kaya nikahilah wanita sholeha karena anda akan memiliki sebaik-baiknya perhiasan dunia, hehe.

Well, sebagai kesimpulan dari judul resume ni “menikah sebelum mapan, berbahayakah?” Jawabannya adalah selama anda memiliki rasa tanggung jawab, cinta dan harapan, ianya tidak akan menggoyahkan dan meruntuhkan rumah tangga anda. Sebaliknya, jika anda mapan tapi tak memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, maka bisa dipastikan rumah tangga anda akan hancur berkeping-keping.

Alhamdulillah… rasanya cukup sampai disini resume kali ni. Semoga tulisan singkat ni boleh membuka mindset kita dan membuat kita semakin yakin bahwa masalah rezeki (selagi kita mau berusaha menyempurnakan ikhtiar) adalah jaminan Allah swt. Ada lebih kurang 7 milliar mulut setiap hari yang Allah jamin makanannya, masa’ kita yang hanya berdua dengan istri Allah telantarkan. Inshaallah, akan ada keajaiban-keajaiban yang akan Allah berikan setelah menikah, tapi resume tentang tu belum bisa saya terbitkan lagi, Hihihi.

Okay la kalau macam tu, kalo ada yang baik silakan di ambek, kalo ada yang kurang baik bagi tahu saya. Inshaallah menjadi ilmu baru bagi kita semua. Semoga Allah memudahkan setiap usaha dan langkah kita untuk menyempurnakan agamanya. Aamiin allahumma aamiin.
Waallahu ‘alam.

Songkhla, Thailand
Yopie Andesman
— di Chana, Songkhla, Thailand.

0 komentar:

Ape Cerite di Tahun Baru?

19.14 Unknown 0 Comments

BISMILLAH….
Hallo Guys? Sabai Dee Mai Khrab? grin emotikon
Apa cite tahun baru korang? Seronok tak? Pasti la seronok kan. Apa lagi yang malam tadi pegi tiup terompet, pasti hari ni tidur full day, hehe. Biasa la budak-budak kan, kalau ada yang seronok siket pasti latah nak ikot. Saya sorry la nak celebrate new year ni. Bukannya apa, pertama saya memang tak cuti dalam minggu ni. So, work day tetap normal macam biasa, hehe.
Yang kedua pulak, ni menyangkut prinsip hidup, akidah. Tak payah la saya nak panjang lebar bahas tentang perayaan tahun baru kat tulisan pendek ni. Perayaan tahun baru ni rasanya tak ada dalam Islam, so, tak payah buat la. Saya betol-betol appreciate kepada kawan-kawan yang malam tadi tak ikot merayakan tahun baru. Sebab zaman sekarang ni susah nak mempertahankan prinsip hidup. Kadang kita tak mau, tapi kawan mau, akhirnya jadi mau jugak. Sebab tu lah ada hadits kalau agama seseorang tu tergantung agama kawannya.


Jadi ucapkanlah Alhamdulillah kalau malam tadi kita tetap dapat mempertahankan prinsip kita. Sebab banyak orang Allah uji malam tadi. Kalau orang yang berakal tunjuk hebat dengan berbagai dalil bahwa merayakan tahun baru ni boleh. Sampai-sampai saya ada tengok satu discussion chating tu katanya kalau tiup terompet new year ni boleh. Padahal orang pandai, tapi jahil.
Kalau orang yang tak berpengetahuan pulak, latah ikut-ikot kawan. Tahun depan yang jenis macam ni mesti banyak belajar lagi. Tapi apapun itu, mari kita do’akan semoga kawan-kawan kita atau mungkin keluarga kita yang ikut-ikutan malam tadi berpesta pora tak tentu arah, Allah ampunkan dosa-dosanya dan diberi kemampuan untuk memperbaiki diri di tahun-tahun mendatang, aamiin.
Cakap pasal tahun baru ni, macam-macam topik yang bermunculan. First sekali tentang perayaaan tahun baru itu sendiri. Dan yang kedua yaitu hope, harapan. Di tahun baru ni semua orang mulai menata harapan ataupun planning baru. Coba tengok kat medsos, banyak orang buat wish kan. Macam-macam wish ada. Dan saya yakin korang pon ada buat wish, planning. Betolkan? So, kali ni saya buat tulisan tentang planning tu lah. Dah tahukan apa planningnya? Mestilah dah tahukan, hehe. Jom teruskan membaca.
1. PLANNING-PLANNING KITA
Memang awal tahun baru ni dijadikan moment untuk membuat planning, atau bahasa kaminya resolusi, hehe. Tapi itu jugak la bendanya. Rencana-rencana kedepan. Kenapa dibuat di awal tahun, sebab biar mudah nak mengukur tingkat pencapaiannya.
Tapi ada yang tanya kenapa pakai tahun baru masehi? Kita kan orang Islam, ada kalender hijriyah. Macam ni, sekarang ni kalender masehi dah merata dipakai diseluruh dunia. Dan system kita pun pakai kalender ni. Coba tengok system administrasi kita, kalender pendidikan, penerimaan mahasiswa baru, hari libur nasional dan sebagainya. Tapi tak berarti pulak kita meninggalkan kalender hijriyah. Penetapan awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha kan pakai kalender hijriyah. Nanti inshaallah kalau semua dah pakai kalender hijriyah baru kita set up planning kita mulai 1 Muharram.
Di tahun baru 2016 ni pastikan korang dah buat planning, at least 1 tahun ke depan. Cara membuat planning ni senang je. Tengok kondisi korang sekarang, lepas tu putuskan apa yang yang nak dicapai. Saya tak boleh la nak detil sangat menerangkan macam mana nak buat planning ni, sebab ianya sangat subjectif, tergantung kepada diri korang masing-masing.
But, ada 1 benda yang nak saya cakap kat sini. Ada orang dia buat planning macam ni “semoga ditahun baru ni hidup menjadi lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.” Saya rasa tak berapa setuju la dengan planning model ni. Sebab tak jelas indikatornya alias abstrak. So, bagi korang yang planningnya abstrak macam tu, coba ditinjau ulang.
Planning ni mesti ada titik akhir yang gunanya adalah untuk mengakhiri usaha. Contohnya macam ni, dulu tahun 2015 saya planning nak tamat kuliah, alhamdulillah mei 2015 saya tamat. Nah, pada bulan mei tu lah akhir usaha saya. Jadi, bagi korang yang sekarang masih kuliah dan belum tamat, buat planning. Supaya skripsi yang korang buat tu jelas kapan nak diakhiri. Jangan mudah nak mengakhiri hubungan yang tak jelas je, skripsi tu pun mesti di akhiri jugak, hehe.
Planning ni jugak adalah batu loncatan untuk berpindah ke planning selanjutnya. Jadi usahakan kalau korang buat planning, planning tu ada gunanya untuk planning-planning selanjutnya. Misalnya kalau sekarang korang bekerja, planning tahun ni nak menabung sampai nominal tertentu, kalau dah tercapai, nanti next year boleh buat planning baru berdasarkan hasil planning tahun sebelumnya.
Jadi macam tu lah kira-kira planning kita. Pertama, planning tu mesti ada titik akhir untuk mengakhiri usaha. Kedua, planning tu punya effect untuk planning-planning selanjutnya. Jangan sampai planing tahun 2016 ni cuma melanjutkan planning tahun 2015 yang diidam-idamkan pada tahun 2014, yang dipikirkan pada tahun 2013, dan yang dituliskan pada tahun 2012. Haa… itu tak sehat planningnya. So, buatlah planning yang jelas dan mampu untuk dicapai. Sebab terlalu tinggi planningnya tak elok jugak, yang kira-kira tercapai, buat. Inshaallah akan ada keajaiban yang akan Allah berikan. (Next saya jelaskan).
2. PLANNING KITA DAN PLANNING TUHAN
Sebenarnya kenapa kita mesti buat planning? Supaya Tuhan (baca: Allah) senang nak wujudkan. Ni dah lah tak ada planning, apa yang nak Tuhan wujudkan (walaupun Allah ni Maha Pengasih dan Maha Penyayang). Seharusnya kita yang menyakini hal itu, mesti buat planning yang banyak dan baik, lepas tu minta la sama Allah. Kalau benda-benda yang kita tak mintak pon Allah bagi, ni kan pulak planning-planning yang selalu kita bawa dalam do’a. Mudah bagi Allah nak bagi, asalkan makan, minum, dan pakaian kita halal.
Tapi dalam buat planning ni jangan masukkan planning Allah, sebab akan ada keajaiban-keajaiban yang datang. Pada bagian ni saya nak cite siket tentang planning saya tahun 2015. Dulu tahun 2015, saya planning nak tamat kuliah, sebab saya rasa lama dah saya kuliah (masuk kuliah tahun 2010). Masa tu cuma nak tamat je, tak ada planning nak bekerja. Nak kerja apa dan kerja dimana belum dipikirkan lagi.
Tapi begitulah keajaiban Allah datang. Saya tengah buat skripsi masa tu, ada tawaran mengajar di sini (Thailand). Tak pernah terbayangkan nak bekerja sebelumnya, tapi Allah kasi kerja sebelum tamat lagi. Pas tawaran tu datang, saya langsung okay je walaupun sebenarnya skripsi saya belum siap lagi. Tapi itulah pemicu saya untuk mengakhiri usaha membuat skripsi. Nah, macam tu lah kadang Allah nak tunjukkan keajaiban-keajaiaban-Nya, masa-masa injury time. Mungkin bagi sebagian korang benda ni biasa je, tapi begitulah hebatnya planning kita, apalagi ditambah planning Allah. Masyaallah. Jadi kita mesti punya planning, supaya senang Allah nak wujudkan.
Dalam buat planning ni kita mesti meyakini bahwa apapun planning yang kita buat, Allah jualah yang menentukan hasilnya. Karena apa yang kita anggap baik, belum tentu baik, dan begitu pulak sebaliknya. Tapi kerja keras akan selalu linear dengan hasil yang dicapai, sebab tak ada hasil yang mengkhianati usaha. So, kalau planning kita sampai tahun ni belum berhasil, mungkin ada something wrong dengan usaha yang kita lakukan, hehe.
3. PLANNING BESAR, USAHA BESAR
Nah, pada bagian ni lah inti tulisan saya kali ni. Pada tahun 2016 ni saya dah buat 1 planning (sebenarnya ada banyak, tapi yang besar ni lah yang saya nak bagi tahu, hehe). Planning saya tahun 2016 adalah……. iii malu la nak tulis, hkhkhk. Okay, planning saya adalah seperti apa yang terdapat di photo profil FB ni, haha. Okay-okay… Planningnya adalah NIKAH, wkwk.
Saya pasang pagi tadi photo profil tu. Semua akun medsos, saya buat sama PP nya. Yelakan… Planning besar ni weyy… lepas tu banyak yang “menyerang” saya dengan berbagai pertanyaan. Ada yang satu tu kepo betol, ajab melayannya, hehe. Tapi begitulah planning besar, selalu ada ujian didalamnya, ada yang gelak, ada yang support, ada yang macam-macam. Tapi apapun itu semoga menjadi jalan dipermudahkan mencapai planning tersebut, aamiin.
Planning nikah ni saya buat dalam bentuk sebuah poster dengan kalimat “TAHUN 2016 NIKAH “GAX PENTING DENGAN SIAPA, YANG PENTING KARENA “DIA”. Jom kita bahas planning ni lebih dalam, hehe.
a. MOTIVASI NIKAH
Kalau korang dah baca tulisan-tulisan saya sebelumnya pasti dah tahu motivasi menikah dan persiapan-persiapannya. (kalau belum baca atau nak baca lagi, boleh tengok kat timeline FB ni nanti). Inshaallah tahun 2016 ni, setelah melewati berbagai pertimbangan dan analisa yang mendalam kemudian mengingat dan menimbang (ni macam baca SK je, hehe), akhirnya saya memutuskan untuk MENIKAH, inshaallah.
Motivasi terbesar tentu saja berangkat dari pemahaman agama dan kondisi sosial. Seperti yang dah sama-sama kita tahu, lelaki kalau dah sampai masanya, di syari’atkan menikah. Banyak benda positif yang didapatkan dengan menikah. Nanti korang boleh baca referensi dari Qur’an, Hadits, ataupun nasehat-nasehat bijak para ulama. Secara ringkas, motivasi agamanya adalah untuk menyempurnakan agama, menjaga diri, dan mendapatkan ketenangan.
Nikah ni adalah hubungan horizontal, maknanya hubungan antar manusia. Kalau kita dah nikah, berarti setengah dari agama sudah disempurnakan, tinggal setengah lagi bertaqwa kepada Allah sebagai bentuk hubungan vertical. Kalau orang bujang cuma 1 jenis hubungan je kan, hubungan vertical. So, kalau dah nikah dapat menyempurnakan hubungan kepada Allah dan hubungan kepada manusia.
Saya sekarang ni bekerja di Thailand, bekerja di negeri orang ni banyak godaannya. Apalagi setiap hari berhadapan dengan orang banyak. So, kalau tak pandai jaga diri memang bahaya, apalagi muslim minoritas kat sini. Artinya semua macam kemaksiatan yang mungkin tabu di negeri kita, kat sini biasa je. Dengan menikah inshaallah bisa menjaga diri dan menundukkan pandangan. Kalau korang mungkin ada yang merasakan macam saya ni, eloklah berpikir lebih dalam lagi. Menyelamatkan diri dari godaan-godaan yang berbahaya ni lebih utama.
Hidup membujang ni memang susah nak mendapatkan ketenangan. Kalau dah stress paling pergi refresh sekejab. Lepas tu stress datang lagi. Artinya ketenangan yang kita dapatkan cuma sementara je. Padahal Allah dah jadikan ketenangan tu pada pasangan kita masing-masing. So, bagi korang yang selalu stress, mungkin menikah bisa jadi solusi. Tapi jangan pulak lepas nikah tambah stress, hehe.. Siapkan diri dulu.
b. NIKAH DULU ATAU……
Nak ambek keputusan menikah ni memang banyak variable yang mesti dipikirkan. Sama, saya jugak macam tu. Sebelum sampai pada planning besar ni, saya pon berpikir nikah dulu atau karir dulu, nikah dulu atau mapan dulu, nikah dulu atau berbakti kepada orang tua dulu, macam-macam benda ada dalam pikiran waktu tu. (Sekarang ada jugak, hihi).
Nikah dulu atau karir dulu. Sebenarnya kalau kita mau bertoleransi dengan diri kita, benda ni dapat dikompromikan. Kehadiran istri rasanya tak lah menjadi penghalang karir seseorang. Bahkan kadang, bisa saling bahu membahu membangun karir, bisnis misalnya. Tengoklah orang yang dah nikah, biasanya kalau bisnis diorang tak maju, diorang tak stress. Karena beban ditanggung bersama. Iya kan?
So, kalau pandai menempatkannya, menikah ni bisa jadi sumber energy untuk melejitkan karir. Sama jugak nikah dulu atau kuliah dulu. Kata para ulama, menikah lebih utama daripada menuntut ilmu. Lepas nikah pun kan bisa kuliah, lebih semangat pulak lagi, hehe. Kalau point ni saya tak nak panjangkan, sebab nanti saya diserang sama budak-budak yang tengah kuliah tu, haha.
Nikah dulu atau mapan dulu. Kalau point ni boleh baca kat tulisan saya sebelumnya, kat sini https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1013586541995139&set=a.218917611462040.56343.100000314092969&type=3&theater
Nikah dulu atau berbakti kepada orang tua dulu. Sebenarnya ni point yang menjadi buah pikir saya sebelum ni. Yelakan… kita yang baru bekerja, baru berpenghasilan tentu kita nak berbakti kepada orang tua dulu. Entah itu membantu ekonominya, meng-umrohkan atau meng-hajikan orang tua dulu.
Tapi setelah dipikir-pikir. Kalau berbakti yang instrumentsnya menggunakan uang, maka kalau kita cari sendiri, rasanya agak berat. Kenapa begitu? Sebab kalau kita sendiri, manajemen keuangan kita tak la canggih sangat kan. Karena orang bujang ni pengeluarannya unpredictable. Ditambah lagi dengan psikologis kita yang labil. So, rasanya hasilnya kurang maksimal.
Tetapi kalau dah menikah, selain secara psikologis sudah lebih stabil, kemampuan manjemen keuangan lebih baik dan energy mengumpulkan uang itu lebih banyak, sebab kita memiliki kawan dalam proses berbakti kepada orang tua. Ditambah lagi janji Allah yang akan melapangkan rezeki orang-orang yang menikah. Tentu saja syarat dan ketentuannya berlaku, hehe. Seperti suami-istri ni adalah orang yang taat beragama.
c. GAX PENTING DENGAN SIAPA, YANG PENTING KARENA “DIA”
Pertanyaan yang paling banyak saya dapatkan dari kawan-kawan adalah tentang calon. Yelakan… nikah ni antara seorang lelaki dan seorang perempuan, kalau tak ada perempuannya macam mana nak menikah, hehe.
Sebenarnya benda ni sederhana je. Saya berangkat dari pandangan Tere Liye. Beliau mengatakan lebih kurang macam ni. “Sebenarnya menikah ni sederhana, yang menjadi rumit adalah ketika kita memaksakan ingin menikah dengan seseorang. Kalau pilihannya bebas, ianya menjadi mudah.”
Saya rasa dah paham lah ye makna dari kalimat tu. Intinya macam ni, ketika kita berniat ingin menikah karena Allah, siapapun calonnya (selagi baik agama dan akhlaknya), menjadi tidak penting lagi. Ini berat memang, sebab ianya tak melewati proses pacaran. Kalau melewati proses pacaran, maka akan menjadi rumit ketika kita tidak menikah dengan si do’I, sebab sudah terlanjur cinta. Itulah salah satu hikmah ta’aruf, belum hadirnya rasa cinta dan sayang, tapi rasa tertarik sebelum ta’aruf tu mesti ada la kan, hehe. Siap ta’aruf? Siap dunk, hihihi.
Jadi jelas ya, makna dari “gax penting dengan siapa, yang penting karena “Dia”. Bukan sembarang orang maksudnya, tetapi lebih kepada proses mencari orangnya. Inshaallah la, kalau kita baik pasti dapat yang baik jugak kan. So, kalau korang pacaran sekarang ni, segera nikahi atau sudahi. Sebab nanti kalau tak dapat nikah dengan si do’i, masalahnya menjadi rumit apalagi kalau dah cinta mati. Cinta tak sampai, akhirnya mati bunuh diri. Ngeri….!
d. TERGESA-GESA ATAU MENYEGERAKAN
Apa makna tergesa-gesa dan menyegerakan dalam menikah? Menikah yang hanya dilandasi kemauan, itu namanya tergesa-gesa, sedangkan menikah yang dilandasi dengan kemampuan, itulah menyegerakan. Ada paham?
Kalau korang dah putuskan untuk menikah, pastikan korang dah mampu. Point mampu ni 2 saja, yaitu mampu secara sexsual dan mampu menafkahi, tu je. Kemampuan menafkahi itu adalah kemampauan mengubah skill menjadi uang. Kalau sekarang tak punya uang jangan risau, perbanyaklah skill. Inshaallah nanti kalau dah bisa mengubah skill menjadi uang, terus nikah. Hehe.
e. USAHA BESAR
Usaha untuk menikah ni jangan dianggap remeh. Berapa banyak orang yang sampai hari ini belum bertemu jodohnya. Dalam hal ni saya ada 3B dalam mencari jodoh.
Pertama, BERCERMIN. Kalau masih belum ketemu jodoh sampai hari ni, bercermin la dulu. Ukur-ukur, tengok-tengok diri kita, orang macam mana yang layak mendampingi kita nanti. Tapi jangan underestimate pulak, tetap optimis.
Kedua, BELAJAR. Belajarlah semua benda menuju pernikahan, agar lebih bersedia. Ketiga, BERIKHTIAR. Point yang ni langsung cari calon, usaha. Macam-macam cara ada, tapi pastikan cara yang korang pilih tu elok dan baik. Kalau dah dapat calon jangan tunggu lama-lama, sebab sekarang ni banyak ikhwan yang suka nonton moto GP, pada pandai nikung semua, haha.
Dan pada akhirnya usaha yang paling besar itu adalah dengan selalu memperbaiki diri. Sebab jodoh kita tu dekat, ia ada dalam diri kita. Nak yang baik, jadilah baik. Dulu pernah jahat? Tak apa, masih ada kesempatan nak jadi baik. Jom jadi baik.
4. 2016, NIKAH!
Inshaallah inilah planning saya tahun ni. Planning ni mesti kita kasi tahu kepada orang lain. Bukannya apa, tetapi untuk menjaga energy kita supaya tetap stabil dalam mewujudkan planning tersebut. Saya tak pernah tahu dengan siapa dan bila saya akan menikah. Tapi yang saya tahu saya nak menikah.
Saya yakin, planning ni akan Allah tambah dengan keajaiban-keajaiban-Nya. Kalau dulu saya cuma nak tamat kuliah je, kemudian Allah kasi kerja sekali. Mana tahu tahun ni, planning nak menikah sorang je, Allah kasi 2 orang sekali, hehe (gurau je la, jangan khawatir, kode, wkwkwk).
Dan pada akhirnya kita mengetahui bahwa jodoh ni sama macam ajal. Mana yang datang dulu kita pun tak tahu. Tetapi kita perlu terus memperbaiki diri, sebab jika ajal yang datang dulu maka itulah akhir yang baik, inshaallah.
Semoga Allah selalu membimbing kita, memilihkan pasangan hidup yang baik buat kita, dan melahirkan keturunan yang sholeh dan sholeha. Aamiin…
Demikianlah tulisan saya kali ni. Kalau ada yang baik semoga membawa manfaat, kalau ada yang salah beri tahu saya, inshaallah jadi ilmu baru buat kita semua.
Waallahu ‘alam
1 Januari 2016
Songkhla, Thailand
Yopie Andesman

0 komentar: